Senin, 25 November 2013

Analisa Ragam Bahasa




Bahasa Lisan
 
     Ragam bahasa lisan adalah bahan atau bahasa yang diucapkan  dari mulut kita.  Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
    Bahasa lisan lebih ekspresif dimana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara atau target komunikasi.

Bahasa Tulisan
 
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Contoh Ragam bahasa lisan Ragam bahasa tulis
1. Ridho bilang kita  harus makan    1. Ridho mengatakan bahwa kita harus makan
2. Ridho lagi baca Komik                  2. Ridho sedang membaca komik
3. Saya tinggal di Depok                             3. Saya bertempat tinggal di Depok
 

Bahasa Baku
Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa ini lazim digunakan dalam:

1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.

2. Wacan teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya.

3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya.

4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan. 

Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut::
1.     Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekpilisit dan konsisten.
Misalnya:
Bahasa baku
- Gubernur meninjau daerah kebakaran.
- Pintu pelintasan kereta itu kerja secara otomatis.

2. Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara ekspilisit. Misalnya:
Bahasa Baku
- Ia tidak tahu bahwa anaknya sering bolos.
- Ibu guru marah kepada Sudin, ia sering bolos.

3. Pemakaian pola frase untuk peredikat: aspek+pelaku+kata kerja secara konsisten. Misalnya:
Bahasa Baku
- Surat anda sudah saya terima.
- Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan.
Bahasa Tidak Baku
- Surat anda saya sudah terima.
- Acara berikutnya kami akan putarkan lagu-lagu perjuangan.
4. Pemakaian konstruksi sintensis. Misalnya:
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- anaknya - dia punya anak
- membersihkan - bikin bersih
- memberitahukan - kasih tahu
- mereka - dia orang

5. Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsure gramatikal bahasa daerah. Misalnya:
Bahasa Baku
- dia mengontrak rumah di Kebayoran lama
- Mobil paman saya baru
Bahasa Tidak Baku
- Dia ngontrak rumah di Kebayoran lama.
- Paman saya mobilnya baru.

Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam Sosial yaitu ragam bahasa yang sebagai norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan 
sosial yang lebih kecil masyarakatnya.
Ragam fungsional kadang-kadang disebut ragam profesional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi lembaga 
lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya.


Minggu, 24 November 2013

Analisa Perkembangan Bahasa Indonesia



Bahasa Indonesia , adalah bahasa persatuan negara kita. namun dilihat dari segi linguistik, bahasa Indonesia merupakan varian dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sunda-Sulawesi yang digunakan sebagai lingua franca atau bahasa perhubungan di Nusantara sejak abad awal penanggalan modern.
Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia.
Dalam perkembangannya Bahasa Indonesia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang bertujuan untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama "bahasa Melayu" tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya atau bagian Sumatera. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah, bahasa asing maupun kata-kata yang tercipta dari lingkungan sekitar.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan warga Indonesia. Sebagian besar menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya.
Sejarah Awal Perkembangan Bahasa Indonesia
Awalnya, pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi, sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.
Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu:
  1. Bahasa melayu merupakan Lingua Franca di Indonesia, yaitu bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.
  2. Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
  3. Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku-suku lainnya dengan sukarela menerima bahasa melayu menjadi awal bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
  4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Bahasa Indonesia dan pembentukan istilah. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan putusan presiden tahun 1972 no 57 . Ejaan Yang Disempurnakan atau EYD itu ditandai dengan perubahan huruf – huruf seperti huruf Dj menjadi J . J menjadi Y, Nj menjadi Ny , Tj menjadi C , Ch menjadi Kh

Perkembangan Bahasa Indonesia di Era Global

Indonesia adalah negara kepulauan dengan ratusan suku yang memiliki ribuan bahasa ibu dan budayanya. Bahasa Indonesia  adalah bahasa persatuan yang digunakan untuk menyatukan dan mempermudah komunikasi antarsuku yang ada di Indonesia.
Saat ini banyak terjadi pergeseran makna yang membombardir kekukuhan bahasa Indonesia. Keberadaan Bahasa Indonesia mengalami banyak perkembangan dari sejak awal terbentuknya hingga saat ini karena keterbukaannya. 
Ada dua fenomena yang terjadi dewasa ini yang berkaitan dengan Bahasa Indonesia, yaitu :
A. Fenomena Positif
Bahasa Indonesia telah berkembang dengan baik di kalangan masyarakat. Terbukti dengan digunakannya bahasa Indonesia oleh para ibu (khususnya ibu-ibu muda) dalam mendidik anak-anaknya. Dengan demikian, anak-anak menjadi terlatih menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan di masa depan mereka memiliki keterampilan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.
Kita juga perlu berbangga hati dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam produk-produk perusahaan luar negeri, baik dalam kemasannya, prosedur penggunaannya, maupun keterangan produk yang dihasilkan. Mereka melakukan hal ini untuk mempermudah promosi, sehingga produk mereka laku dipasarkan di Indonesia.
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan bahasa Indonesia diakui oleh masyarakat Internasional khususnya para pengusaha asing.
B. Fenomena Negatif
Seiring dengan berkembangnya zaman, banyak ditemukan perkembangan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia, seperti munculnya bahasa gaul, bahasa komunikasi kelompok bermain atau bahasa prokem, bahasa SMS dan bahasa yang sedang banyak dibicarakan belakangan ini yaitu Bahasa Alay.

Dewasa ini, kesadaran untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan remaja mulai menurun, mereka lebih senang menggunakan bahasa gaul daripada bahasa Indonesia. Fenomena seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi, karena hal ini dapat merusak kebakuan dan merancukan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia harus tetap berkembang, walaupun diterpa oleh kemunculan bahasa-bahasa asing dan bahasa pergaulan.
Kita seharusnya malu jika tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, karena kita pemiliknya. Sekarang ini, kita cenderung menyepelekan dan mencampuradukkannya dengan bahasa daerah, seperti mencampurnya dengan bahasa Jawa. Fenomena ini sering kali kita jumpai dalam pergaulan sehari-hari, contohnya di sekolah, saat jam pelajaran kita menggunakan bahasa Indonesia, tetapi saat kembali bercengkerama dengan teman-teman, kita lupa akan bahasa Indonesia. Apalagi dengan kemunculan bahasa gaul dan bahasa prokem yang ternyata sudah dibukukan oleh salah seorang artis ternama kita, Debbie Sahertian. 
Jadi, sebaiknya antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia harus berkembang seimbang, agar peran bahasa Indonesia di era global ini diakui dan tetap berdiri tegak di bumi Indonesia. Bahasa gaul, bahasa prokem, bahasa Indonesia yang mengalami penginggrisan harus dapat ditekan dan hanya sebatas untuk komunikasi pergaulan. Bahasa pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan. Oleh karena itu, bahasa Indonesia dalam konteks kebudayaan nasional merupakan komponen yang paling representatif dan dominan, termasuk upaya melanggengkan kesatuan bangsa (Hasan Alwi, 1998). Orang Indonesia sebaiknya belajar mencintai bahasa nasionalnya dan belajar memakainya dengan kebanggaan dan kesetiaan, sehingga membuat orang Indonesia berdiri tegak di dunia ini walaupun dilanda arus globalisasi dan tetap dapat mengatakan dengan bangga bahwa orang Indonesia menjadi bangsa yang berdulat yang mampu menggunakan bahasa nasionalnya untuk semua keperluan modern.
Kita tidak boleh kalah dengan bangsa lain, seperti Arab, Italia, Jerman, Prancis, Jepang, Korea dan Cina yang bahasanya bukan Inggris, tetapi tidak mengalami proses penginggrisan yang memprihatinkan. Masyarakat Indonesia harus dapat menunjukkan ketahanan budayanya, warganya hanya perlu diberi semangat dan didorong agar jangan cepat menyerah. Untuk meningkatkan peran bahasa Indonesia di era global dan tetap mempertahankan budaya daerah seharusnya pemerintah memberlakukan peraturan atau Undang-undang tentang tata susunan, isi, dan penggunaan bahasa Indonesia yang benar dalam surat kabar, tabloid, maupun majalah-majalah remaja. Sebaiknya dalam majalah remaja perlu diisikan kolom khusus bacaan berbahasa Indonesia yang benar, untuk media elektronik, seperti TV khususnya televisi swasta dan radio diadakan acara debat, cerdas tangkas, diskusi, dan acara yang menggunakan bahasa Indonesia yang benar. Tetap diadakan ujian nasional bahasa Indonesia dan pemberian penghargaan kepada orang yang mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar
Dari uraian di atas, setidaknya hal yang perlu diingat adalah hanya bahasa Indonesialah yang mampu mendekatkan sekaligus menyatukan berbagai etnis di Indonesia, sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan lancar dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia bukanlah satu-satunya lambang identitas kebangsaan di NKRI. Hal-hal lain, seperti komitmen pada bendera Merah Putih juga merupakan lambang identitas bangsa. Tetapi, satu hal yang patut direnungkan dalam konteks ini keduanya dapat melahirkan sikap mental yang menumbuhkan rasa kebersamaan.





http://www.slideshare.net/varinacarissaazzahra/ppt-kelompok-1-sejarah-bhs-indo
http://karinarisaf.blogspot.com/2012/perkembangan-bahasa-indonesia.html

Minggu, 10 November 2013

waspada penyakit jantung



Kali ini saya akan membahas tentang penyakit yang katanya pembunuh no 1 di Indonesia .
 Saya mengambil tema ini berdasarkan pengalaman pribadi yang saya alami . Ibu saya meninggal karena penyakit ini . maka dari itu saya selalu mengingatkan orang2 terdekat saya untuk menjaga diri sendiri dan menghindari hal hal yang menyebabkan penyakit ini datang .  berikut ini saya akan membahas tentang  penyakit jantung
Mengenal penyakit jantung
Jantung dapat dikatakan sebagai salah satu organ vital yang harus Anda jaga sebaik mungkin, karena jantung merupakan pusat kehidupan seseorang. Penyakit jantung merupakan istilah yang luas dan digunakan untuk menggambarkan berbagai penyakit yang berhubungan dengan jantung Anda. Penyakit jantung umumnya mengacu kepada penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah yang dapat meyebabkan serangan jantung, nyeri dada (angina) atau stroke.
Jenis-jenis penyakit jantung
  • Gagal jantung
    Gagal jantung atau di kenal dengan bahasa medis Heart Failure, dimana keadaan jantung Anda tidak dapat lagi memasok aliran darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
  • Serangan jantung
    Serangan jantung atau Heart Valve Disease, terjadi karena salah satu katup jantung Anda tidak dapat berfungsi dengan baik.
  • Penyakit jantung koroner
    Penyakit jantung koroner atau Coronary Artery Disease, disebabkan oleh lapisan lemak atau kolesterol di dinding arteri yang menyumbat pembuluh darah Anda, sehingga proses suplai darah dari dan ke jantung terganggu. Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh no. 1 di Amerika.
  • Penyakit jantung bawaan
    Penyakit jantung bawaan atau Congenital Heart Disease juga menjadi salah satu risiko terbesar penyebab penyakit jantung.
Gejala penyakit jantung
Dada Anda akan sangat terasa nyeri atau sakit (angina), cepat letih dan lelah, sesak napas, sering pingsan, beberapa organ tubuh Anda akan membiru, terjadi pembengkakan pada bagian kaki, perut, atau daerah sekitar mata, dan denyut jantung Anda tidak teratur atau berdebar-debar.
Faktor penyebab penyakit jantung
Anda merokok? Demi kesehatan Anda mulailah meninggalkannya, karena merokok merupakan salah satu faktor penyebab penyakit jantung, terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol juga memiliki risiko terkena penyakit jantung, stress, kurang istirahat, bertambahnya umur dan faktor keturunan juga menjadi salah satu risiko terbesar penyebab penyakit jantung.
Pencegahan yang dapat dilakukan
Pencegahan memang lebih baik dari pada mengobati, apa saja pencegahan yang dapat Anda lakukan?
  • Berhenti merokok, Apabila Anda merokok dan ingin mengurangi risiko terkena penyakit jantung berhenti merokok menjadi pilihan yang sangat tepat untuk dilakukan.
  • Ubah pola makan, menjadi pola makan yang sehat dan mengurangi makanan yang mengandung kolestrol.
  • Berolahraga, Olahraga memang kegiatan yang sering disepelekan namun pada kenyataannya olahraga sangat baik untuk kesehatan terutama jantung Anda.
  • Mulailah untuk menyenangkan dan menenangkan diri Anda sendiri, karena stress dan kurang istirahat menjadi salah satu risiko Anda terkena penyakit jantung.

Sayangi jantung Anda dengan merubah gaya hidup menjadi gaya hidup sehat serta merubah pola makan Anda menjadi pola makan yang sehat dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung.

Sehatuntuksemua.com

KARYA ILMIAH


  1. Karya Ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, dan pengetahuan orang lain sebelumnya.
    Tujuan karya ilmiah adalah agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat dipelajari, lalu didukung atau ditolak oleh pembaca . fungsinya yaitu untuk
    sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

    Syarat2 untuk  menulis karya ilmiah
    1. motivasi dan displin yang tinggi
    2. kemampuan mengolah data
    3. kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)
    4. kemampuan berbahasa

    Sifat karya ilmiah
    formal harus memenuhi syarat:
    1. lugas dan tidak emosional
    mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).
    2. Logis
    disusun berdasarkan urutan yang konsisten
    3. Efektif
    satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.
    4. efisien
    hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami
    5. ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.

    Jenis-jenis karya ilmiah
    umum karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin (2003), dibedakan menjadi:
    1. Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di

    lapangan yang bersifat empiris-objektif. makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir
    deduktif atau induktif.
    2. Kertas kerja seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan

    data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam daripada
    analisis dalam makalah.
    3. Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain.

    Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian
    langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa
    temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di
    bidang spesialisasinya.
    4. Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis

    mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.
    5. Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis

    berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu
    temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh
    penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).
    Manfaat Penyusunan karya ilmiah
    Menurut sikumbang (1981), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
    1. Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya

    ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak dibahas.
    2. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan

    mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.
    3. Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dalam katalog

    pengarang atau katalog judul buku.
    4. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas

    dan sistematis.
    5. Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.
    6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat


    Referensi:
    1. Teknik Menulis Karya Ilmiah, Bambang Dwiloka, Penerbit Rineka Cipta, 2005
    2. Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Skripsi, Drs. M. Hariwijaya, Tugu Publisher, 2008